infosantai.co.cc

Jumat, 20 Mei 2011

qTa sLaMa'nyah

ney adalah karya saia yang pertama yang saia publikasikan ke dunia
semoga bisa diterima ole kalian smua saja ...
slamat membaca...
:)


Pengantar



Sebagian cerita ini hanya lah fiktif belaka.
Maaf apabila ada kesamaan cerita dan tokoh,
itu adalah hal yang tidak disengaja.
>> 85 %  >> 15 %



Thaqzz to ..
.. Allah SWT
.. Orang tua dan Keluarga besar Kidjo ’ Tarmin
.. Teman-teman dan Sahabat-sahabat yang ada di dunia nyata, maya dan goib
.. Seorang yang special ‘09231123
.. Kampus tercinta “PERGURUAN TINGGI TEKNOKRAT”



Kritik ‘n Saran
.. facebook’ Ditaa Citul
.. facebook’ Ditaa Sii Citul
.. twitter’ @DitaCitul
.. blog’ siicitul.blogspot.com
.. email’ ditaa.citul@yahoo.com




^ditaa citul^


Part one
^Semua yang baru^


Bangun di fajar subuh dengan hati selingan awan, mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan. Mentari pagi tak terlewatkan sambut indahnya hari bersama kokokan jantan dan derai embun yang tetesi helai dedaun. Berencana hal indah untuk isi lembar kehidupan yang baru. Entah itu bahagia, tawa, atau duka dan tangisan. Biarlah apapun  itu, biarkan tetap menjadi rahasia Tuhan. Jalani saja selayaknya manusia dosa yang tak tau apa-apa. Pagi ini, entah apa yang kan dijalani mereka, entah juga yang kan dijalani dia. Satu yang pasti, apa pun yang terjadi tak kan ada yang sia-sia.

Entah kokokan jantan atau betina lah yang membangunkan sesosok wanita diperaduan kapuk yang masih terbalut oleh selimut. Atau justru malah bisingnya anak-anak yang mengecoh mimpi, sampai dia harus terbelalak menyaksikan matahari.

“hhooooaaaammm …….. jam berapa ney ..????”
“astaga ????????” dengan nada mengejut.
“Yaa TUHAN, dah jam 6 lg.. gw kand mau test SNAMPTN..
Gawatt gila klu telat mahc ..”

Gadis remaja itu bergegas menanggalkan semua atribut mimpinya dan mengejar mimpi yang lebih nyata lagi. Dia adalah Dhisa. Seorang wanita biasa yang dilahirkan dari keluarga biasa-biasa saja tapi memiliki hidup yang luar biasa. Begitulah ungkapnya saat dia mulai bosan dengan persoalan hidup yang terkadang sulit  dimengerti oleh otaknya.

Satu, dua, tiga… detik itu mulai meninggalkan fajar. Sang surya mulai naik menampakkan pesonanya. Kicauan mahluk didunia yang makin terasa menyesakkan telinga. Bergegaslah dua langkah kaki menepakkan bumi menghampiri aktivitasnya. Mulai terbesik dalam angan bagaimana hari ini akan dilalui. Dhisa yang kala itu terbangun dalam keterkejutan karena terlambat bangun pagi, segera menyiapkan hati, otak dan segala perlengkapannya untuk menyelesaikan pertempuran masa depannya yang kedua, setelah dia menyelesaikan Senior High School. Ini adalah awal dia membangun jati dirinya yang baru. Seperti metamorfosis eloknya kupu-kupu. Mulai dari ulat yang menjijikkan sampai mencapai puncak indah menjadi kupu-kupu. Namun tak ada yang tau, gadis itu akan menjadi kupu-kupu yang indah atau tetap menjadi kepompong suatu saat nanti.

“aku berangkat yaa Yah ..” teriakan Dhisa yang tergesa-gesa berpamitan dengan Ayah nya.
“iia nak.. hati-hati yaa.. kerjain yang bener soalnya..” balas sang Ayah.
“siiaap BOS” ucap Dhisa dengan optimis.

Kepergian Dhisa meninggalkan kediamannya, diamati terus oleh sang Ayah. Selangkah demi selangkah teriring doa dari ayah dan bundanya. Berharap semua rencana manusia ini akan sama dengan yang digariskan oleh Sang Pencipta. Dengan raut yang penuh dengan harapan besar kepada anak semata wayangnya, kedua orang tua yang masih gagah itu melepas kepergian Dhisa meraih masa depannya.

Fajar itu tlah tergantikan oleh sang surya. Kokokan ayam pun tak lagi terdengar, pertanda hari yang kian memuncak pada porosnya. Gundah gulana hati seorang Bunda menanti anaknya menghampiri dan membelai indah tangannya. Itulah rasa hati seorang Ibu yang teramat dalam kepada anandanya. Kebisingan orang-orang disekitar tak lagi menjadi sebuah problema yang membebani, jika dibandingkan rasa hati yang tak sabar menanti anaknya kembali. Sekian waktu yang ditunggu, muncullah seorang gadis dari teriknya sang surya.

“assalammualaikum .. Bunda, aku pulang” ucap Dhisa
“iia nak, gmna td soalnya, susah gak” jawab ibunya

Obrolan tegang itu mulai mencair oleh keakraban pasangan induk dan anak ini. Ketegangan dan kecemasan sang ibu telah sedikit terbayar, meskipun kecemasan itu belum berakhir karena hasil dari perjuangan Dhisa itu belum terjawab.

Mulai bosan dengan rutinitas dan segala yang ada disekitar, itulah yang saat ini dirasakan Dhisa. Menanti awal hidup yang baru di bangku perkuliahan. Sampai wanita manis itu berkhayal dalam hati untuk mengurangi kejenuhannya. Dhisa memang seorang gadis yang periang dan hoby berkhayal tentang hidupnya. Dhisa mengkhayalkan kehidupan dia saat memasuki jenjang perkuliahan. Seperti orang-orang yang berkhayal pada umumnya, pasti selalu membayangkan yang indah-indah saja. Begitu pula dengan Dhisa. Dia berkhayal punya penjaga hati yang baru, punya teman-teman baru dan kehidupan sosial yang lebih indah dari jaman Senior High School. Namun tentunya dia takkan pernah melupakan masa-masa sekolah dulu, yang begitu indah. Terpancar aura bahagia dalam hatinya, mulai tesenyum-senyum sendiri tanpa ada hal yang lucu, layaknya orang yang jatuh cinta. Tapi kali ini bukannya jatuh cinta tapi karena asik berkhayal ria.

Semua penantian itu pasti akan berakhir. Entah itu berakhir bahagia ataupun sebaliknya. Perasaan yang cemas itu akan segera terobati. Terasa terbayar lunas hutang hati yang menggantung. Dengan perlahan tangan kecilnyah meraih secarik koran yang dibelinya dari seorang asongan. Matanya mulai terbelalak menatap setiap tulisan kecil yang sebenarnya menyiksa indera. Satu demi satu membaca setiap nama yang terpampang dalam lembaran kertas itu.

Sang ibu yang juga tak sabar, membantu anaknya mengamati setiap huruf yang terjejer rapi menjadi sebuah tulisan. Lembaran demi lembaran tlah terbaca oleh dua pasang mata, namun huruf-huruf yang terangkai menjadi sebuah nama “ Dhisa Nurrasya Hutama “ tak jua ditemukan. Raut itu seketika mulai berkaca dan berlinangan air mata. Rasa kecewa yang mendalam jelas tersirat diraut manisnya. Seperti kata pepatah “ manusia hanya bisa berencana tp TUHAN lah yang menentukan ”. dengan rasa setengan ikhlas Dhisa menebar senyum untuk menghibur hati dan menghibur sang bunda. Mencoba menerima kegagalannya, dan berserah kedapa TUHAN’nya meminta yang terbaik untuk hidupnya.


Part two
^senyum perkenalan^

Mencoba melupakan meski luka. Kedengarannya mudah tapi menjalaninya bak berjalan diterjangan ombak. Mencoba menata hari dengan harapan baru setelah semua perjalanan lalu yang terkoyak luka berderai linangan air mata. Terlintas begitu dramatis dan mendalam. Begitu pula yang dirasa hati dan berusaha menghilangkan rasa putus asa itu.

“Demi Bunda dan Ayah kan kukejar cita-cita ku” ujar Dhisa.

Dengan penuh kobaran semangat laksana seorang briptu yang bersiap melalap musuhnya, Dhisa mencoba bangkit dari keterpurukannya. Beserta keyakinan yang memuncak mengharap masa depan cerah akan dicapainya meski bukan di Institut Negeri. Walau sebenernya kekecewaan itu lebih berada dipuncaknya. Terang saja, selama ini riwayat pendidikannya selalu berprestasi, dia selalu bisa bersekolah di sekolah yang berakreditas baik dan selalu bisa menjadi juara kelas. Air mata nya menjadi bermuara saat dia harus meratapi kekalahannya. Namun, semua yang telah terjadi takkan pernah terulang dan bisa dirubah.

Duka itu tiada terpancar lagi. Yang ada hanya raut bahagia sambut masa indah. Babak pertama telah dimulai Dhisa, menebar senyum sebagai perkenalan. Dalam awal perjalanan hawa itu, tiada hal yang istimewa atau luar biasa. Sampai suatu ketika dihari ke-5 Dhisa kuliah, terjadi suatu story.

“yaa Allah, kmna ciie ney bocah kgag nongol-nongol..
Orang dah telat jg.” Ungkap Dhisa dengan nada kesal karena menunggu salah satu teman barunya.

Dengan menggenggam telepon seluler, mulutnya tak henti-hentinya mengumpat teman yang ditunggunya itu. Namun, dia tak jua menampakkan batang hidungnya. Dengan amarah yang sedikit terumbar, Dhisa meninggalkan tempat penantiannya dan segera memasuki kelas perkuliahan. Sampai Dhisa berhadapan pintu ruangan dan mulai melangkah kaki masuk, ronanya menjadi kaget karena melihat temannya itu ternyata ada di dalam kelas.

“gilaa ciie Lo ney Vit.. gw tuhc nungguin Lo di depan kampus oon. Tp Lo nyah kgag nongol-nongol. Gw sms kgag diblz lg.” ucapnya dengan nada kesal.

Alhasil, Dhisa terlambat masuk kelas dan kursi di kelas itu telah terisi oleh mahasiswa lain. Tinggal tersisa dibagian belakang kelas yang mayoritas dihuni oleh para adam. Dengan raut kesal dan amat sangat terpaksa Dhisa duduk dikursi belakang.

“hai.. nama Lo cp ??” seorang pria melontarkan perkenalan.
“Dhisa.. Lo ..??.” balas Dhisa.
“Sandy ,..” blz pria itu.
“wkwkwkkkk, Sandy Aulia.. aneh bgd ciie nama Lo, kya’cewek adj.” ledek Dhisa.
“gag sopan Lo ney iia”. Ucap pria itu dengan nada tidak terima.
Obrolan di ruang sederhana itu mulai terasa mengasikkan, memulai perkenalan singkat diantara rutinitas perkuliahan. Ungkapan demi ungkapan yang terlontar semakin mengakrabkan keduanya seolah-olah mereka tlah saling berkengkrama berabad-abad. Yaa begitu lah sosok Dhisa yang supel, sehingga mudah bergaul dengan siapa saja. Malah terkadang dianggap SKSD.

Lantunan detik tak terasa mengarahkan pada perpisahan sementara antara dua insan adam hawa. Untuk kemudian akan dipertemukan dalam ruang-ruang dimensi yang serupa. Perkenalan singkat dengan bumbu tawa itu berakhir. Salam perpisahan bak seorang pasangan yang dimabuk asmara seolah terlontar manis dibibir keduanya.

Belum lama waktu perpisahan itu disambut. Ternyata mereka dipertemukan lagi dalam satu wacana.

“wiieehh.. ketemu lagi qta .. jodoh kya’nyah mahc ..” ungkap Sandy dengan penuh kegombalan seorang lelaki sejati.
“ haaahhqq, lebay bangedd ciie Lo, orang masih satu kmpuz ney, psti ketemu jg lahc ..” balas Dhisa tak mau kalah.
“Lo krja iia San ?” tya Dhisa.
“iia,.” Jawab Sandy.
“dmna..??” tya Dhisa lagi seolah-olah petugas sensus.
“di Djarum” jawab Sandy.
“iia tahc ??” dengan nada heran dan tak percaya Dhisa menjawab.
“iia, jaga rumah maksud’nyah.. wkwkwkwkwkkkkkk”. Ucap Sandy.
“siiaaalan Lo, kibulin gw.” Ungkap Dhisa dengan kesal.

Pertemanan itu dimulai dengan singkat namun berkesan. Tiada yang tau pula apa maksud perkenalan itu nantinya. Berteman dengan siapa pun tentu tiada merugi, jika kita tetap menjadi diri sendiri. Dengan artian, tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan. Seperti ungkapan orang tua kepada anak-anaknya ketika bernasehat.


Part three
^mulai ada rasa^

Persahatan baru mulai terisi dengan sosok palakon yang baru pula. Dengan cerita keceriaan yang berbeda pula. Kebersamaan setiap hari menjadikan terlahirnya sebuah persahabatan anak manusia. Dhisa kini tak sendiri, dia memiliki teman dekat. Kalau dalam istilah anak SMA, gank tapi bukan gang. Setiap hari selalu berempat, seperti dandang dengan tutupnya yang tak bisa terlepaskan. Terdengar agak lebay mungkin tapi begitulah anak muda diera ini. Mereka itu adalah Vita, Tere, Lena dan tentunya sii Dhisa.

Ada satu lagi bagian yang bisa dianggap penting dalam hidup selain keluarga, teman, sahabat, yaitu seorang pendamping. Bisa diartikan sebagai suami atau hanya sekedar pacar atau malah hanya seorang TTM (teman tapi mesra). Pacar mungkin akan lebih akrab terdengar dikalangan anak-anak muda yang masih senang dengan dunia bermain mereka. Bahkan tak jarang, pacar pun seolah-olah dijadikan mainan. Padahal sudah jelas, seorang pacar itu adalah manusia yang juga punya perasaan tentunya.

Hari itu adalah hari kesekian kalinya Dhisa mengarungi mata kuliah. Matanya mulai tertuju pada semua manusia yang bertebaran di ruangan itu. Seolah ada sesosok yang dicari dan dinanti. Ternyata Dhisa mengamati setiap muka hanya untuk melihat lelaki yang bernama aneh, yaitu Sandy. Namun saat itu matanya tak jua menemukan sosoknya. Jelas saja Dhisa tak menemukannya karena sang nama aneh itu belum datang alias terlambat. Keseriusan nampak diraut Dhisa sampai dia tak tersadar seorang temannya menyodorkan kertas absensi kedapanya.

“woyy Sha.. ngelamun adj Lo ney.. absen ney”. ungkap temannya.
“hheee,. Sorry ciie..” ucap Dhisa seraya meraih lembaran kehadiran mahasiswa.

Sambil menggoreskan tinta hadir dilembaran itu, matanya justru tertuju pada setiap nama yang terketik disetiap baris. Dhisa terbelalak sejenak saat membaca sebuah nama yang sebenarnya itu yang dia cari “SANDY RAMOGA HUTABARAT”. Terlihat memang tiada yang aneh dari nama itu, namun entah apa rasa hati yang mulai mengagumi atau mulai merasuk kedalam ujian cinta. Dhisa seolah berkaca mengamati setiap huruf yang tersusun menjadi sebuah nama itu, seakan merasa kecewa yang mendalam dengan penuh tanda tanya. Hanya satu tanya yang begitu menggebu dalam kalbu, “apa agamanya ??”. Tanpa pemikiran yang kian memanjang, Dhisa segera mengakhiri kebimbangannya itu.

“ eehh,. Ini namanya Sandy yaa..??” tanya Dhisa dengan kecemasan.
“ iia ,. Mang np Sha..??” ungkap salah satu temannya.
“ gpp kuq.. mang agamanya apa yaa..?” tanya Dhisa lagi.
“KRISTEN..” jawab temannya itu, tanpa ada kecurigaan yang mendalam.

Entah bagaimana rasa hati gadis itu setelah mendengar ungkapan salah satu teman perkuliahannya. Kecewa itu pasti tersirat dalam raut manisnya, hasrat menjadikan sosok adam itu menjadi pilihan hati seakan sirna ketika suatu keyakinan menjadi tembok dan jurang yang mengancam keimanan. Seakan tak percaya saat Dhisa harus menatap wajah Sandy yang sama sekali tak menunjukkan sukunya.

Mengalun saja jam berdetak, menaggalkan ruang kelas yang terlinhat sempit oleh gemuruh kaki anak-anak yang mulai beranjak dewasa. Bergeser  waktu menggeserkan ruang menjadi sebuah hamparan halaman yang riuh bibir penghuninya. Malam yang kian larut, hari yang kian akan menutup dipenghujungnya, mengantarkan jiwa-jiwa labil kembali keperaduannya.

“ pulang Sha..??” tanya Sandy menyapa Dhisa.
“ iia lahc, masa iia gw mau nginep di kampus ciie”. Ucap Dhisa.
“ hheeemm.. wangi bangedd ciie Lo.. seneng gw deket-deket ma Lo ney..” ungkap Sandy.
“ iia tahc ..?? namanya jg cewek, klo bau gmna lahc nti ..”. balas Dhisa.
“ plng ma cp Lo??”
“ sama sii ayit ..”
“ np??”
“ kuq gag plang sama gw adj sii??” terang Sandy.

Dalam hati Dhisa bahagia bercampur heran ketika Sandy menawarkan tumpangan. Entah hanya basa-basi atau memang keinginan Sandy, begitu bibir hati Dhisa berucap. Ungkapan hati itu begitu saja berlalu tanpa ada penerangan yang pasti. Dua anak manusia itu memisahkan jiwa dan raga dan melanjutkan perjalanan hidup malam itu.

Perkenalan anak adam ditempo dulu itu ternyata menghadirkan percikan-percikan tersendiri didunia kampus. Mulai dekat dan mendekat, mengarahkan cerita cinta bak telenovela di layar kaca. Kata demi kata terucap membuat dua insan menjadi ingin mengenal satu sama lain. Seperti ingin meneruskan cerita romeo and juliet versi Indonesia. Terdengar picisan memang, tapi begitulah kehidupan belia diera ini.

Saat Dhisa sedang menghadiri suatu acara, tiba-tiba telepon selulernya berdering menandakan pesan masuk. Ternyata itu dari Sandy.

“Sha.. Lo tau gag pengarang buku Akuntansi yang disuruh dosen beli ntu ..??”
“Haryono.. Lo mau beli iia ..?? gw nitip iia San ..?? hheeee”
“ydah nti gw beliin..”

Obrolan via sms itu terjadi dengan singkatnya.

Keesokan harinya.

“Sha, ney bukunya..??” ucap Sandy seraya menyodorkan buku itu.
“makasihh iia San,. Ney uangnya..” kata Dhisa.
“gag ad kembaliannya lhoo Sha.. dah gag usah bayar pake uang..”
“trz pake apa dongg..???”. ucap Dhisa dengan nada heran.
“pake hati adj…”
“hhaaaahhaaaaa…… gombal bgd ciie Lo San..”.
Percakapan yang singkat namun menimbulkan arti yang sulit dimengerti hati. Apa sebenarnya maksud Sandy berucap demikian. Jauh didasar hati sejujurnya ada rasa meninggi ketika Pria bertubuh tinggi dan berparas lumayan tampan itu berucap demikian.

Mata mereka menaburkan benih di dalam ladang hati, perasaan memeliharanya, dan jiwa membawanya kepada buah-buahan. Pandangan pertama kekasih seperti roh yang bergerak di permukaan air mengalir menuju surga dan bumi. Pandangan pertama dari sahabat kehidupan menggemakan kata-kata Tuhan, "Jadilah, maka terjadilah ia.”

Kebersamaan setiap hari membuat mereka kian dekat, kian tak terpisahkan. Sampai menimbulkan suatu kesimpulan kalau keduanya menjalin cinta. Padahal sebenarnya ungkapan cinta itu belum bersua dari bibir keduanya. Tapi sekeliling mereka justru tlah merasa mereka adalah sepasang insan yang sedang menjalin cinta.

“San ,. Tau gag, klo qta ntu digosipin pacaran tau sama anaq-anaq kampus”.
“iia tahc ..??”. jawab Sandy dengan sedikit kaget.
“iia,.. hoby bener mreka itu gossip iia ..”
“klu mang mreka gosipin qta pacaran., skalian adj qta pacaran beneran.” Ungkap Sandy.
“gilaa ciie Lo ney”.
“gw ney sriuz.. mau gag pacaran ma gw..???” pinta Sandy.
“aauu aahcc gelep,. Hhaaaa”.

Tanpa sepatah kata keluar dari mulut Dhisa, dia meninggalkan Sandy yang menanti jawaban Dhisa. Walau sesungguhnya rasa nyaman saat bersama itu tlah hadir dihati Dhisa namun Dhisa merasa itu semua tak mungkin karena perbedaan yang ada diantara mereka. Semakin Sandy mencari jawaban atas permintaan hatinya, Dhisa justru semakin menghindari Sandy. Namun, Sandy tak lekas patah arang. Keinginannya untuk memiliki justru semakin bergejolak. Padahal, saat itu Dhisa pun tlah menolak cinta Sandy. Tapi, disini lah perjuangan seorang lelaki diukur, dengan semangat perjuangan bak lakon dalam cerita Ramayana, Sandy berjuang mendapatkan hati Dhisa.

Hari terus berganti, meskipun penolakan Dhisa itu tlah terlontar dari bibirnya tapi keduanya bukannya menjauh malah makin hari makin tak terpisahkan. Sampai waktu lah yang menjawab ikrar cinta keduanya. Bahkan mereka saja tak tau kapan hari jadi itu dikumandangkan. Padahal keduanya belum begitu lama saling mengenal. Hanya butuh tiga pekan untuk menyatukan cinta dua anak manusia itu. Semua berjalan selayaknya air mengalir saja. Tak ada  harap akan menjadi abadi dan kekal, hanya harap semuanya  berjalan sesuai kodratnya saja.



Part four
^pertikaian bumbu cinta^

Purnama mulai menunjukkan pesonanya, memunculkan keindahannya, menciptakan kebesaran sang Pemberi kehidupan. Hidup tak akan berantai indah selaksana alunan syair para pujangga, akan ada masanya merasakan dalamnya jurang gelap dan pengap. Begitu juga dalam perjalanan cinta dua insan, tak selamanya keceriaan yang menyelimuti. Pasti aka nada persimpangan didalamnya, semua hanya bergantung pada lakon yang menjalaninya, akan menyikapinya dengan hati dan akal jernih atau emosi dan ego yang menggebu.

Dua pekan tlah terlewat bersama-sama. Mengarungi bahtera cinta yang masih dalam bahagia. Ibarat seorang bayi yang baru menghirup dunia dan disambut suka cita sang induknya. Sampai suatu ketika problema itu datang menyapa. Suatu malam, Dhisa yang sedang bersama Sandy, tiba-tiba mendapatkan pesan singkat yang pengirimnya tak dikenal. Dalam pesan singkat itu tergambar bahwa sang pengirim adalah seorang wanita yang dekat dengan Sandy juga. Namun Dhisa tak mengetahui siapa wanita tersebut. Wanita itu hanya berkata seperti ini,

“ heh cewek menel, kecentilan amat sii Lo gangguin cowok orang.. gag bisa cari cowok tahc Lo. Gag usah Lo godain Sandy lg yaa.. awaz yaa kalo Lo ngadu ma Sandy”.

Dengan penuh rasa terkejut, Dhisa membaca setiap tulisan yang tampak dilayar ponselnya. Hatinya terasa disayat-sayat menghayati setiap kata-kata yang tertuju untuknya itu. Sandy merasa bingung karena tiba-tiba saja Dhisa membisu sambil menggenggam telepon selulernya itu. Karena rasa ingin tau, Sandy berusaha merebut ponsel Dhisa dengan paksa. Tapi, Dhisa mencoba melawannya dan tetap mempertahankan ponsel itu digenggamanya. Keributan kecil itu tak terelakkan lagi tanpa bisa diredam oleh Dhisa. Sandy mulai merasa tak dihargai sebagai seorang kekasih karena Dhisa tak mau berbagi suka dan duka kepadanya. Dhisa pun tak mungkin begitu saja menyerahkan ponselnya dan membiarkan Sandy membaca pesan singkat itu. Bukan karena Dhisa takut dengan ultimatum wanita tersebut tapi Dhisa hanya tak ingin berdebat dengan Sandy. Sandy adalah sosok yang begitu keras, amarahnya tak mudah diredam. Yaa, wajar lah saja, Sandy terlahir dengan suku yang terkenal keras kepala dan galak. Dhisa yang sebenarnya juga termasuk wanita yang keras kepala selalu berusaha mengimbangi Sandy dengan kesabaran ekstra. Berharap Sandy menjadi laki-laki yang lebih bersabar dalam menghadapi setiap hal.

Keesokan harinya ketika mereka bertemu, semua seakan tak ada apa-apa hanya dengan ucapan maaf Dhisa. Mereka kembali berdua merajut cinta di kampus tercinta. Bahkan ada salah satu tempat yang begitu sering mereka jadikan pelabuhan ketika bermahligai yaitu pohon rambutan. Dan sekarang pohon itu berubah nama menjadi “pohon cinta”. Terdengar agak menggelikan dan terkesan sok romantis memang, tapi rasanya sebutan itu cukup pantas.

Masalah itu makin hari makin berdatangan. Sifat asli keduanya pun mulai muncul kepermukaan. Mulai saling menunjukkan ego masing-masing, tanpa ada kecanggungan. Bukan hanya persimpangan yang muncul karena dua sedjoli ini saja, bahkan orang-orang disekeliling mereka mulai angkat bicara atas hubungan mereka. Ada yang mendukung cinta terlarang itu dan bahkan ada yang menghujat. Terutama dari pihak Dhisa. Ada beberapa teman-temanya yang menganggap Sandy tak pantas untuk Dhisa karena perbedaan yang ada. Ada juga yang tak begitu senang karena kebersamaan mereka yang dianggap terlalu sering berdua. Terang saja kedua sedjoli ini saat berada di kampusnya tak terpisahkan. Dimana ada Dhisa maka disitu juga pasti ada Sandy dan begitu juga sebaliknya. Sampai ada yang menjuluki mereka best caplle kampus.

Hampir setiap hari pertikaian itu hadir dan hampir seminggu sekali mereka beucap ikrar putus. Tapi semua itu tak ada yang bertahan lama. Hanya dalam hitungan jam saja, mereka sudah kembali berdamai. Itu lah bumbu cinta yang membuat keduanya merasa saling memiliki dan membutuhkan, tapi bukan saling memanfaatkan.


Part five
^indahnya cinta ini^

Kenangan itu mulai terajut bersama suka dan duka. Mulai dari rumah sampai kampus. Mulai dari pagi meyongsong sampai surya menenggelamkan diri. Ada saja cerita yang teralun dalam benak. Sampai terlahirlah sebuah panggilan sayang yang tekesan gombal. Sandy tiba-tiba memanggil Dhisa dengan kata “ Citul “. Terdengar aneh dan mulai bertanya-tanya apa makna dalam kata tersebut. Dengan penuh kegombalan, Sandy mengakhiri rasa penasaran kekasihnya itu. “ Citul “ itu ternyata sebuah singkatan yang berarti “ Cinta Betul “. Ungkapan singkat yang membahagiakan hati setiap wanita yang mendengarnya. Entah itu ungkapan hati yang tulus atau hanya sebuah rekayasa cinta. Rasanya pemikiran itu tak begitu penting ketika virus cinta tlah menyerang jiwa. Dan Dhisa pun membalas kegombalan Sandy dengan panggilan “ Meonq “, uangkapan yang cukup pantas untuk seorang pria. Sehingga terlahirlah sebuah nama sebuah cerita “ Meonq Citul “.

12 purnama tlah berlalu, saatnya menyambut semarak pesta akhir tahun. Mulai siapkan rencana yang berkesan dipenghujung tahun bersama orang terkasih. Dhisa pun tak terlewatkan menyiapkan acara tahun baru dengan teman-temannya sewaktu SMA dan tentunya bersama Sandy kekasihnya.

Sampai akhirnya malam penghujung tahun itu tiba. Malam yang indah bertabur bintang-bintang penerang malam bersama rembulan. Setelah Dhisa berpuas ria menebar bahagia dengan sahabatnya, Dhisa melanjutkan malam bersama Sandy. Mereka berjalan menyusuri kota dengan sii jeruk, motor Sandy. Dan tiba-tiba mereka terpaksa terhenti karena sii jeruk kelaparan alis kehabisan bensin. Rasa hati ingin marah, malam indah yang harusnya dinikmati dengan penuh suka cita ternyata harus mendapat ujian dari yang kuasa. Dengan rasa kesal yang mendalam, kedua insan ini berjalan menyusuri kota untuk mencari penjual bensin eceran. Selangkah demi selangkah mereka lewati dengan genggaman tangan sambil sesekali bercerita dan bercanda ria mengobati kelelahan. Mungkin ungkapan ini bisa melukiskan perjalanan ditengah malam. “sesulit apapun jalan yang dilewati tak kan terasa berarti jika disamping kita selalu ada sesorang yang menemani dengan sepenuh hati”.

Perbedaan yang ada tak menjadi masalah yang berarti diantara keduanya. Mereka menjalani cinta selayaknya manusia lain yang berkeyakinan sama. Sekeliling mereka pun tlah mencoba keberadaan mereka. Karena sesungguhnya “TUHAN menciptakan CINTA itu untuk menjembatani PERBEDAAN yang ada, bukan untuk menyatukan PERBEDAAN itu”. Kutipan ini rasanya pantas untuk menutup mulut orang-orang yang kurang senang dengan hubungan mereka. Perbedaan itu justru mengajarkan banyak hal untuk kita. Kita belajar untuk menerima kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Belajar toleransi antar agama. Belajar memahami bahwa sesungguhnya semua agama itu selalu mengajarkan kebaikan, bukan hanya menunggu kebaikan dari orang lain apa lagi memanfaatkan kebaikan orang. Keduanya selalu saling mengingatkan saat waktunya ibadah. Bahkan tak jarang ketika rasa malas menyapa untuk beribadah, salah satu dari mereka saling meluapkan kemarahan.
ibarat saklar cinta, itu julukan yang terlihat aneh tapi memang begitulah mereka. Seperti kata yang tersirat dalam penggalan lagu BBB’Putus Nyambung, hari ini putus besoknya menyesal dan akhirnya nyambung lagi. Jika keduanya berjalan bersama sungguhlah banyak yang iri melihat kemesraan keduanya tapi jika mereka sedang menabuh genderang perang, keduanya selayak kartun tom and jerry. Terkadang Dhisa dan Sandy senang melakukan hal yang seharusnya tak layak dilakukan oleh anak 17 tahun keatas. Mereka suka melakukan permainan yang biasanya dilakukan oleh anak Sekolah Dasar. Terkadang juga bergendong ria menyusuri anak tangga di kampus. Lucu memang tingkah anak muda jaman sekarang dan terkadang juga menjadikan cinta sebagai sebuah permainan. Padahal cinta itu anugrah dari yang Kuasa, yang selayaknya dijaga oleh umat-Nya.

Keindahan cinta, kambali terlukiskan ketika keduanya merayakan hari kelahiran mereka. Saat Dhisa berulang tahun, Sandy menghadiahinya sebuah boneka besar berwarna pink. Boneka itu seolah menjadi anak jadi-jadian mereka yang diberi nama “ schatzi “. Nama itu diberikan oleh Sandy, yang Dhisa pun tak tau arti dari nama tersebut.  Bahagianya hati Dhisa mendapatkan bingkisan ulang tahun dari kekasihnya itu. Walau sebenarnya Dhisa tak menyukai boneka seperti wanita pada umumnya. Namun, Dhisa tak pernah mengutarakan hal itu kepada Sandy, karena Dhisa berusaha menghargai pemberian dari Sandy meskipun dia tak begitu menyukainya.

Sebulan berselang, giliran Sandy yang berulang tahun. Ketika itu Dhisa menghadiahi Sandy dengan barang-barang yang terbilang unik bahkan tergambar aneh. Dhisa tak hanya memberikan Sandy sebuah kado tapi banyak kado yang memiliki arti tersendiri. Kado yang pertama yaitu sebuah permen yang terdapat tulisan “ met ultah “, yang kedua yaitu sapu tangan yang bertuliskan nama mereka “ meonq.citul “, yang ketiga yaitu underware alias celana dalam yang sebenarnya tak memiliki arti khusus karena itu hanya bentuk kekonyolan Dhisa, yang keempat yaitu pempers yang memiliki arti agar Sandy tak hanya bertambah umur tapi juga bertambah kedewasaannya, yang kelima yaitu makanan kucing, yang menggambarkan rasa cinta dan perhatian Dhisa kepada Sandy, dan yang terakhir adalah sebuah jam tangan. Semua kado itu dijelaskan Dhisa dalam bentuk movie maker yang dia buat sendiri hanya untuk Sandy.

Begitu dahsyatnya perjalanan itu, tiada hari yang terlewatkan oleh kebersamaan. Setiap ada hari luang disamping rutinitas menuntut ilmu, mereka selalu menghabiskan waktu berpetualang menyusuri sudut kota. Bahkan setiap kelokan gang kelinci pun tak luput dari rute. Mengukir kenangan yang takkan pernah lekang oleh waktu.


Part six
^penipu cinta^

Nuansa rajutan asmara semakin bergulir meninggalkan waktu. Merajut cerita cinta yang semakin lama. Hari yang tlah berganti hari, minggu yang tlah berganti minggu, bulan pun tlah berganti bulan. Menumbuhkan gelora yang semakin besar. Menjadikan kenangan yang mungkin tak kan pernah terlupakan. Meski perselisihan itu juga mewarnai cerita namun kebersamaan mereka tetap terjaga. Walau terkadang ada niatan hati Dhisa untuk benar-benar mengakhiri semua. Rasa itu akan bermunculan saat Dhisa mulai merasa jenuh menghadapi Sandy yang kian hari kian temperamental. Bahkan ketika amarah Sandy menuncak, tak jarang Sandy selalu mengumpat Dhisa dengan ungkapan yang menyayat hati, yang sebenarnya sama sekali tak pantas diungkapkan kepada seorang wanita manapun dan siapapun dia. Ibarat kata, semua penghuni taman safari terlontar dari bibirnya. Hanya tinggal menunggu tangan lelaki itu melayang dimuka Dhisa. Dan terkadang membuat hati Dhisa meragu akan ketulusan Sandy.

Dalam kesendiriannya dirumah, Dhisa menghabisakan waktu dengan menjelajahi dunia maya disalah satu jejaring social facebook. Niatan hati hanya untuk mengobati kesendirian dan bersenang-senang didunia lain. Tapi rasa bahagia itu tiba-tiba berubah jadi derai air mata ketika mata indahnya terkejut melihat sebuah foto dua insan yang bermesraan. Foto itu menggambarkan seorang yang amat sangat dikenal Dhisa hampir setahun belakangan ini, seseorang yang mengisi relung hatinya. Dan orang itu adalah Sandy. Betapa kuatnya hatipun tentu takkan pernah sanggup melihat orang yang dicintai bermesraan dengan orang lain.

Seakan membenarkan sebuah pribahasa, “ sepandai-pandainya seseorang menyimpan bangkai, pasti suatu hari akan tercium juga “. Itulah perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan kecurangan yang dilakukan Sandy. Seseorang yang sangat dicintai Dhisa, yang selalu dianggap sempurna dimatanya, yang selalu menuruti semua keinginannya, yang selalu menemaninya setiap hari, yang selalu ada disaat dia bahagia dan terinjak. Begitulah sosok Sandy diraut Dhisa. Meskipun Sandy laki-laki yang pemarah, pencemburu, susah bangun pagi, nakal, manja, selalu mempermasalahkan hal kecil, dan banyak aturan tapi jauh dari semua kekurangan Sandy itu, dia memiliki tempat yang paling indah dihati Dhisa yang tak bisa digantikan oleh sosok siapapun didunia pada saat itu. Namun semua itu sekejap saja sirna dan hancur bak kepingan kaca yang tak kuasa lagi disatukan. Ketika kebohongan itu terselesaikan, ketika semua kebenaran itu terungkap. Dan mengakhiri keeksisan seorang penipu cinta.

Dengan deraian air mata yang menganak sungai, Dhisa meraih ponselnya dan segera menghubungi Sandy untuk meminta penjelasan atas semua pertanyaan hatinya.

“ Sandy, uli itu siapa ??” Tanya Dhisa dengan tangisnya.
“ uli siapa ??” jawab Sandy yang terkesan bingung dengan pertanyaan pacarnya.
“ yaa kalo aku tau dia siapa, ngapain aku tanya sama kamu, aneh ciie kamu ini. Jadi siapa uli itu..?? jawab dongg..??”
Belum juga pertanyaan Dhisa disambut oleh Sandy. Sebuah ungkapan kembali terlontar.

“ Uli itu pacar kamu kand ..??” ucap Dhisa dengan penuh emosi.
“ iia,.. dia memang pacar aku juga..” jawab Sandy tanpa rasa mengenal dosa.
“ ydah, kalo gt mending kamu pilih aku atau dia.” Ucap Dhisa dengan air mata yang semakin membanjiri wajahnya.
“tapi aku gag bisa milih kalian berdua, aku sayang sama kalian berdua, aku gag mungkin ninggalin dia atau kamu.” Jawab Sandy memelas.

Yaa Tuhan, bagai tersambar petir rasa hati mendengar kata yang terucap dari Sandy. Seolah Sandy tak perdulikan air mata yang tiada terhenti tercurah hanya untuk menangisi seorang lelaki buaya darat seperti dia. Dan rasanya kata buaya daratpun terlalu manis melukiskan sosok Sandy yang penuh dengn kepalsuan. Ternyata rautnya yang terkesan lemah lembut dan pendiam, benar-benar jauh dari kenyataan. Laki-laki itu pantas disebut dengan monster cinta yang siap menerkam setiap mangsanya. Padahal dari awal mereka merajut asmara, Dhisa pernah mengizinkan Sandy untuk selingkuh jika memang Sandy menginginkannya. Tapi dengan syarat, wanita itu bukan orang yang dikenal Dhisa dan teman-temanya. Dan akhirnya Dhisa menawarkan sebuah perjanjian cinta.

“ ydah gini adj, kalo kamu gag mau milih aku atau dia, dan kamu juga gag mau kalo aku putusin, kita buat perjanjian ??” pinta Dhisa.
“ perjanjian apa lagi ciie..?? kamu gag usah aneh-aneh de..”. ucap Sandy.
“ kita tetep pacaran tapi dengan satu syarat, kamu gag boleh banyak ngatur-ngatur aku lagi. Dan aku juga boleh deket sama siapapun bahkan pacaran sama siapapun ”. ucap Dhisa.
“ okk kalo gtu, tapi kamu janji yaa, kamu gag boleh ninggalin aku. kalo kamu ninggalin aku, kamu gag akan pernah liat aku lagi di kampus”. Pinta Sandy.

Perjanjian itu pun terikrar diantara keduanya. Perjanjian konyol yang sebenarnya teramat tak sejalan dengan ikrar cinta yang sesungguhnya. Cinta yang harusnya menjunjung tinggi kesetiaan, justru dinodai dengan sebuah perselingkuhan.

Belum usai masalah orang ketiga, keduanya harus dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa keluarga mereka tak ada yang merestui hubungan mereka. Bagai berjalan diatas tumpukan bara, merasakan begitu terjalnya perjalanan cinta. Diatas konflik yang semakin memuncak, tetapi mereka masih terus bersama-sama mengarungi setiap episode cinta terlarang ini. Usaha memperbaiki keutuhan romantika itu baru saja akan dimulai namun kerikil kembali menerjang dihati Dhisa. Suatu malam saat Dhisa sedang bercengkrama bersama teman-teman kuliahnya, tiba-tiba ada seorang temannya yang berucap suatu hal kepada Dhisa.

“ Dhisa, kemaren gw liat cowok lo di mall. Tapi sama cewek ”. Ucap temannya itu.
“ iia tahc ,.” Respon Dhisa.
“ iia, tapi kuq ceweknya itu kya’tante-tante yaa, sexy lagi trz mesra bgd. Sorry yaa Sha, jgn marah yaa ma gw ..” ucap temannya.
“ eemm, gw gpp kuq.. mungkin itu sodaranya kali..” jawab Dhisa.

Hati itu terasa terkoyak-koyak mendengar kata yang terucap dari mulut salah satu teman kuliahnya. Ingin rasa hati berteriak sekencang-kencangnya melawan semua jalan yang telah digariskan oleh sang Pencipta. Betapa rasa malu itu mnyelimuti Dhisa mengetahui Sandy berkencan dengan seorang tante-tante.

“ Yaa Tuhan, sungguh lah hinanya seorang yang ku cinta. Apa kah semua fasilitas dan kemewahan yang diberikan kepadaku, hasil dari wanita itu.” ucap relung Dhisa mengeluhkan semua yang terjadi padanya belakangan ini.

Cobaan itu bertubi-tubi menghantam hidupnya. Seolah Dhisa dibuat mati segang, hidup pun enggan. Terasa bagai membayar sebuah kesalahan dikehidupannya yang lampau. Sampai air mata itu bercurah setiap hari. Menangisi keadaan yang kian lama kian tak tau bagaimana penyelesaiannya. Tapi satu yang pasti, Tuhan takkan pernah memberikan cobaan kepada umatnya, diluar kemampuan umatnya itu.

Beruntungnya Dhisa disaat keterpurukannya, dia masih memiliki seorang sahabat seperti Tere yang selalu setia menemani dan memberikan dorongan moril untuknya. Tere tak pernah lelah mendengarkan keluh kesah Dhisa yang begitu kelam.

Keesokan harinya saat Dhisa bertemu Sandy, Dhisa sama sekali tak mengutarakan ucapan temannya kemarin. Dhisa bersikap biasa tanpa perdulikan gemuruhnya hati ingin akhiri semua perjalanan ini. Hari itu berlalu selayaknya hari masa lalu yang tlah terlewatkan. Cinta yang memang buta, atau Dhisa yang sebenarnya dibodohkan oleh cinta. Sudah jelas semua pengkhianatan yang ditoreh Sandy, namun Dhisa masih setia memberi maaf.


Part seven
^ketika semuanya harus berakhir^

Serangan amarah tak kuasa diredam kalbu yang tlah lelah akan sabar. Tiada kuasa lagi air mata menetes redam pedih penyiksaan asmara. Cinta pasti dimiliki oleh semua insan, namun ketika cinta itu tak berpihak padamu, ada baiknya kau lari dari kejaran cinta, karna mungkin bukan bahagia yang kan kau temui, yang ada justru kobaran api yang siap melahap jiwamu. Lepaskan lah dia meski luka, relakan dia mesti lara, lupakan dia meski duka menyapa. Tuhan, menciptakan manusia berpasang-pasangan, seorang yang baik tentunya akan berpasangan dengan yang baik pula dan begitulah sebaliknya. Jadi kau tak perlu takut kehilangan satu cinta, karena suatu saat Tuhan akan mengganti cinta yang paling sempurna untukmu.

Dengan berat hati, Dhisa dan Sandy akhirnya merelakan cintanya untuk disudahi. Berusaha melupakan setiap waktu yang terlewatkan. Mengikhlaskan secarik kenangan yang terindah dan tersakit.

“ aku gag bisa terus jalan dengan keadaan yang seperti ini. Aku sayang, tapi aku tak gag bisa terus dibutain sama cinta.” Ucap Dhisa.
“ tapi kita pasti bisa lewati smua Sha, percaya sama aku.”
“ gmna aku bisa percaya sama kamu, kalo kenyataannya kamu bohongi aku, kamu khianati aku, bahkan kamu gag bisa tinggalin dia buat aku. Jadi, apa hal yang buat aku bisa prcaya sama kamu San.”
“ yaa aku tau, aku mang salah, salah bgd sama kamu, tapi aku juga sayang sama kamu, aku gag rela kamu pergi dari aku.”

Tanpa ucap balas dari mulut Dhisa, dia berlalu tinggalkan Sandy. Seolah langkahnya itu menjadi kunci pertanyaan hubungan terlarang itu. Dhisa bukan hanya melangkah pergi dari pandangan Sandy kala itu, tapi Dhisa bener-benar pergi dari kehidupannya. Dhisa pergi meninggalkan pendidikannya, meninggalkan teman-temannya, keluarganya dan semua yang ada dikota itu. Seakan teperosok disegitiga bermuda, Dhisa menghilang dari tatapan kota. Tiada yang tau kemana singgahnya dia, kecuali keluarga dan salah satu sahabatnya yaitu Tere. Tere adalah sahabatnya yang menjadi saksi hidup perjalanan cinta Dhisa dan Sandy.

Bagai seorang anak yang kehilangan induknya. Sandy melewati harinya sendiri di kampus tanpa Dhisa. Terasa kehilangan arah hidup, karena harus berjuang sendiri menyelesaikan study nya. Kehilangan ternyata singgah juga dihati Sandy. Yang sebenarnya meski Sandy ditinggal Dhisa, dia masih memiliki seorang kekasih lain yang setia menemaninya. Entah Sandy merasa kehilangan cinta atau hanya merasa kehilangan devisa IPK.

Tak diam pula raga Sandy mencari keberadaan Dhisa. mulai dia susuri setiap penjuru kota, berharap temukan Dhisa. Sandy berusaha menanyakan keberadaan Dhisa kepada keluarganya. Bukan informasi yang didapat Sandy, yang ada justru luapan emosi keluarga Dhisa yang merasa kepergian Dhisa disebabkan oleh Sandy. Tak lantas patah arang, Sandy kemudian menemui sahabat Dhisa yaitu Tere. Pertemuan itupun tak jua membuahkan keberadaan Dhisa, karena Tere pun tak mengucap dimana sahabatnya itu. Tere hanya memberikan secarik surat dan sebuah karung plastic besar yang di dalamnya berisi barang-barang yang pernah diberikan Sandy kepada Dhisa.

Dalam keheningan sang rembulan, Sandy membuka perlahan surat dari Dhisa dan membaca setiap goresan tinta yang tertuang didalamnya.

Dear_ Sandy ..

Aku bukan DEWA,
Yang bisa kabulkan semua inginmu..
Aku bukan MALAIKAT,
Yang tak punya amarah berhadapan denganmu..
Aku juga bukan IBUMU,
Yang kan sllu memberi maaf untuk setiap salahmu..

Aku hanya seorang WANITA BIASA
Dan bukan siapa-siapamu..
Aku hanya ADIK KECIL mu,
Yang ingin melihat senyum dibibir manismu..
Aku hanya SAHABAT mu,
Yang ingin sllu ada disaat kau terjatuh dan terinjak..
Aku hanya MANTAN KEKASIH mu,
Yang akan bahagia, saat bahagia itu ada dihidupmu..

Karena sesungguhnya,
aku hanya MANUSIA BIASA
Yang jauh dari kata SEMPURNA..

Aku pergi bukan krna gag sayang tp ini semua untuk kebaikan kita.
Berjuang sendiri yaa untuk dapetin apa yang kamu mau.
Aku yakin kamu bisa.
Buat aku bangga pernah sayang sama kamu.
Mang gag ada manusia SEMPURNA,
Tapi apa salahnya jadi SEMPURNA buat orang-orang yg sayang sama kamu.

>> Dhisa..


Usai membaca rangkaian kata dari Dhisa, tanpa sadar narainya mengalir laksana tetesan hujan. Tiada malu hasrat itu meluapkan kegalauannya. Seakan sesali waktu yang tlah berjalan. Tatapan itu seketika kosong, melayang melawan arah yang entah berada dalam dimensi mana. Ingini semua menyapa jiwanya lagi seperti sedia kala. Dengan satu ucap janji, takkan ulangi kecewa itu.



Part eight
^aku datang bukan untuk mencintamu^

Pengharapan dan penantian akan suatu realita hidup yang tlah terlupakan terasa sia-sia tanpa sebuah kepastian. Mungkin masa lalu itu tlah benar-benar berlalu seiring waktu, atau mungkin masa lalu itu masih berharap kembali merajut yang tlah lalu. Seperti kata sang bijak, biar waktu yang menjadi hakim semua itu.

Hampir setahun sejak kepergian Dhisa, Sandy juga belum tau keberadaannya. Dhisa seakan tertelan bumi, nomor ponselnya sudah tak bisa lagi dihubungi bahkan akun jejaring sosial facebook milik Dhisa pun telah tiada. Meski hati Sandy tlah berpenghuni sosok wanita lain, namun ikatan hati akan nuansa indah bersama Dhisa tentunya takkan pernah terganti.

Sampai suatu ketika, terdengar suara yang tak jua indah namun alunannya begitu dikenal dihati Sandy.

“ assalamualaikum .. haaii haaii temend-temend ku.. apa kbar..??”. Terucap oleh Dhisa.

Tersentak jantung penghuni ruang itu melihat seorang wanita yang bersua didepan pintu. Dengan rasa heran yang mendalam, mereka terbelalak membalas salam Dhisa. Tak terkecuali dengan Sandy. Rasa hati tak percaya menyaksikan indranya menatap raut Dhisa. Tlah segala penjuru dicari tak dinyanga peri cinta hadir tanpa sepucuk undangan terkirim.

“ Dhisa.. “ sapa Sandy.
“ haaii San, ap kbar??”
“ kamu kmana adj..??”

Belum sempat bibir Dhisa terucap kata-kata, tangannya sekejap diraih oleh Sandy. Raganya diseret mengikuti arah langkah sepasang kaki sang mantan kekasih. Tak tau kemana langkah itu kan berakhir, membawa raganya. Terhenti ayunan kaki disebuah kenangan mantan kekasih itu. Terduduk bersama dibawah rindangnya pohon cinta. Dengan tatapan yang penuh rindu, heran dan bahagia, Sandy mengamati setiap lekuk tubuh Dhisa. Sepatah kata belum saja tersirat oleh Sandy. Sandy justru mengucapnya dengan sebuah pelukan rindu yang teramat dalam. Dibelainya kilauan rambut Dhisa dengan kasih sayang yang mendalam.

“ napa kamu tinggalin aku??” ucap Sandy.
“ aku gag pernah tinggalin kamu, karena sejauh apa pun aku pergi, aku masih sllu bisa tau keberadaan kamu. Aku sllu tau apa yang kamu alami. Aku tau smuanya.” Jawab Dhisa.
“ kamu gag tau kand, gmna aku waktu kamu gag ada.”
“ tapi San, abis aku pergi kya’nyah banyak kemajuan kuliah kamu. Buktinya IPK kamu aja naik. Hebat dongg kamu. Yaa meskipun aku gag yakin itu usaha kamu sendiri. Hhaaa..”
“ kamu gag tau adj Sha, aku mati-matian perjuanginnya.”
Candaan demi candaan tertuang seiring pertemuan mereka. Tapi semua itu hanya sekedar candaan. Rasa kalbu Dhisa yang terjurang dalam, tak lagi dirasa untuk Sandy. Sandy pun terlukis menyadari diri bahwa dirinya tak pantas untuk Dhisa. Sesuatu yang belum kita coba, tentulah kita takkan mengetahui hasilnya. Sama halnya perasaan yang masih menggebu dihati Sandy. Tanpa perdulikan apa jawaban yang kan didapatnya kelak. Maka dengan tegasnya, Sandy berucap cinta kepada Dhisa. Berharap peri cintanya itu masih memberikan ruang disanubari untuk mengulurkan tangannya untuk Sandy.

“ Sha, aku mau kita kembali seperti dulu lagi. Aku masih sayang sama kamu.” Pinta Sandy.
“ balikan lagi gtu?? Memang kamu udah putusin semua pacar-pacar kamu itu. Aku gag mau masuk dalam lubang yang sama lgi, aku gag mau salah lgi. Kamu ngerti kand maksud aku.” Ucap Dhisa.
“ tapi aku kand sayang sama kamu Sha. Memang kamu dah gag sayang lg yaa sama aku.”
“ kalo kamu sayang, pasti kamu bisa tinggalin semua untuk aku. Kalo kamu sayang, kamu gag akan buat aku milih jalan untuk pergi dari kota ini. Bukannya aku gag sayang lgi San, aku sllu sayang sama kamu, bahkan sampai detik ini.  Tapi maaf, rasa sayang itu bukan untuk jadi pacar tapi jadi sahabat. Aku balik lagi ke kota ini, bukan untuk kamu, bukan untuk perbaiki cinta terlarang kita. Aku dateng buat orang tua aku, buat masa depan aku, buat temen-temen aku.

Penolakan yang tak kuasa diganggu gugat lagi keapsahannya. Sekejap saja setelah penolakan itu terlontar dari Dhisa, dia bergegas meninggalkan Sandy dan meninggalkan masa lalunya bersama Sandy.

Meski percintaan itu tak berkembang lagi seperti romansa yang tlah lalu, kedua insan itu terkadang masih terlihat bersama. Seolah tak ada jarak pepisahan yang menerjang keduanya. Sekitar mereka pun masih menganggap keduanya sepasang kekasih. Padahal anggapan itu berlawanan dengan kenyataan. Mantan dua sedjoli itu masing-masing tlah memiliki penjaga hati.

Selayak sahabat yang terkisah semasa kanak-kanak, kedekatan Dhisa dan Sandy berderai tawa dan canda. Tak ada lagi rasa sesal apa lagi dendam yang menyelimuti cerita. Begitu hebatnya ikatan cinta yang terlahir itu, mengalahkan rintang yang menghadang. Memang bukan ikatan cinta melainkan ikatan persahabatan yang abadi ( love story in friendship ). Begitu lah dalam sebuah perjalanan, banyak orang datang dan pergi, beberapa akan menjadi kenangan, beberapa akan menjadi pelajaran, namun akan ada satu yang akan menjadi akhir perjalanan.


Part nine
^kita selamanya^

Sepengal kisah terpatri indah dalam benak, terukir dalam dikalbu. Bahagia, sedih, luka, penantian, perselisihan, perbedaan, pengorbanan dan kesetiaan menjadi tinta warna-warni yang melukis indahnya dunia dua anak manusia. Menjadikan pelajaran hidup yang seakan tak terlupakan. Jalan mereka yang berbeda tak jua memisahkan persahabatan yang diawali dengan kasih. Meski tak jarang anak manusia yang berjalan seperti mereka, tetap seia sekata, seiring sejalan setelah perceraian pacaran.

Selayak kakak beradik yang berdampingan mengarungi masa depan perkuliahan, mereka terus saling mendukung karir. Rasa tak percaya tertampak oleh orang-orang terdekat Dhisa dan Sandy menyaksikan mantan kekasih itu tetap bisa menjaga keharmonisan persahabatan mereka. Memang tak mudah bersahabat dengan seorang mantan kekasih, akan banyak dilema ketika keduanya memiliki pasangan lagi. Tapi itu tak berlaku untuk Dhisa dan Sandy. Keduanya jutru bisa saling berbagi cerita pasangan masing-masing tanpa rasa malu atau tak enak hati.

Sampai saat perpisahaan itu tiba. Bukan perpisahan untuk selamanya pula, hanya perpisahan mengarungi pembelajaran di perkuliahan. Hampir tiga setengah tahun, Dhisa dan Sandy juga teman-temannya berjuang untuk masa depan mereka. Hingga saat yang dinanti ini tiba. Rasa bahagia, bangga dan juga sedih turut menorehkan acara peresmian gelar mahasiswa dan mahasiswi yang terpancar begitu gagah dengan toga yang bersandar diraga mereka.

“ Sandy, selamet iia.. ternyata kamu berhasil jg selesaiin tanggung jawab pertama  kamu, kamu bisa wisuda bareng aku, hebat lhoo kamu.” Puji Dhisa.
“ ini semua kand karna kamu jg, kalo kamu gag ada, aku jg gag yakin bsa ada disini sekarang. Makasih iia citul.” Ungkap Sandy penuh rasa haru.
“ oowhh iia San, jgn lupa yaa besok malem dateng kerumah aku, kand ada acara syukuran sekaligus aku mau tunangan.”
“ haaaahhqq,… tunangan..???????? kok kamu baru blang sekarang kalo mau tunangan.. katanya sahabat…???.”
“ tapi kand skarang aku udah blang sii,. Pkoknya kamu harus dteng lhoo, awas adj kalo gag dteng,..”
“ mang np kalo aku gag dteng, kamu gag jd tunangan tahc ,..??”
“ Enak adj Lo.. tetep tunangan lahc, jahat bener doanya, katanya sahabat.. gag sayang yaa..”
“ iia iia citul bawel, aku pasti dteng lahc. Tapi jgn lupa yaa sama perjanjian kita.”
“ apa..??” tanya Dhisa dengan heran.
“ nanti kalo kamu dah nikah trz aku jg dah nikah. Kita selingkuh yaa…”
“ hhaaaahhaaaaaa……………….”
“ sembarangan adj kamu ney San, dasar meonq kiting.. hhaaahhaaaa…,.”
“ pokoknya yaa San, walau badai menghadang, angin topan menerjang dan tsunami menghantam, kita bakal terus dan tetep jadi SAHABAT, kalo kata Bondan Prakoso mahc “ KITA SELAMA’NYAH “. Ucap Dhisa.
“ siibbbb, tapi inget Sha, nanti kita selingkuh yaa… hhaahaaaaa “ jawab Sandy.
“ aauu aahhcc gelep meonq.. lo ngomong adj sama tangan, hhaaahhaaa… “ canda Dhisa

Begitu lah cinta yang sesungguhnya, yang tak pernah mengenal ruang dan waktu, tak mengenal suku, agama, dan status sosial. Cinta akan datang pada siapa saja yang dikehendakinya tanpa peduli situasi dan kondisi. Dan ketika cinta itu berbicara, bukan lagi tentang bagaimana kamu atau bagaimana aku, melainkan bagaimana kita. Cerita cinta takkan selamanya berakhir dalam ikatan cinta pernikahan. Ada kalanya cinta itu terlukiskan dalam indahnya cinta persahabatan. Karena pada hakekatnya kekasih sejati itu tercipta dari sahabat sejati. Cintailah sahabat lelakimu dengan sepenuh hati karena mungkin suatu saat nanti dia lah yang menjadi lelaki terakhirmu dan begitu pula sebaliknya. Bagaimanapun apresiasi dari cinta itu, jagalah dia sepenuh hati karena hidup kita tercipta dari sebuah C.I.N.T.A.



“ Sepenggal Cinta Untuk Sahabat “

kenapa kita menutup mata
ketika kita tidur ?
ketika kita menangis ?
ketika kita membayangkan ?
itu karena hal terindah di dunia tidak terlihat

ketika kita menemukan seseorang
yang keunikannya sejalan dengan kita
kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan CINTA

Ada hal yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,

kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan mereka yang telah mencoba
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka

Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”

Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari bahwa kamu menemukan cinta dan kehilangannya
tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.

Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu mendapatkan keinginannya, melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka jatuh
Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan.

kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada
cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan hidup yang telah kau buat.

Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ” tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku sendiri ”
membuka pintu meski kamu belum mengetuk
dan belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”

mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.
Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat,
melainkan apa yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan,
melainkan bagaimana kamu bertahan.

Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang,
bukan karena orang itu berhenti mencintai kita
melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu
akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.

kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta kepadamu,
karena takut kau berpaling dan memberi jarak,
dan bila suatu saat pergi,
kau akan menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau sadari


Puisi Cinta KG




“ Amit-Amit “


Memangnya di dunia cuma kamu saja
Yang paling keren juga paling istimewa
Hingga seenaknya kau anggap diriku
kand takut bila ditinggalkan kamu

Kau pikir diriku ini akan mengemis
Di saat kau bilang dirimu akan pergi
Aku kan bahagia bila kau tak ada
Yang ku tau hidupmu cuma nebeng aja

Memang kamu keren juga paling oke
Namun tak berarti diriku cinta mati

idiih idiih amit-amit
Jangan Sampai ku bersama kamu lagi
Sumpah mati
idiih idiih amit-amit
Jangan sampai ku dapatkan seperti kamu lagi

Terserah kamu mau bilang apa
Yang penting kini aku bebas tertawa
Aku kan bahagia
Bila kau tak ada
Yang ku tau hidupmu cuma nebeng aja





Tidak ada komentar:

Posting Komentar